Senin, 09 November 2015

Paparan Sunda

Logo Biru Muda

TUGAS
OSEANOGRAFI INDONESIA DAN REGIONAL
DESKRIPSI, BATAS-BATAS DAN PROSES TERBENTUKNYA PAPARAN SUNDA (SUNDALAND)





Ima Nurmalia Permatasari  (2013.02.4.0020)
Aris Mahmudi
Oktavia P.







JURUSAN OSEANOGRAFI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2015
1.  PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Umum SundaLand
Istilah SundaLand digunakan dalam studi Biogeografi untuk menyebut sebuah wilayah daratan kontinental Asia yang kembali menyatu selama zaman es terakhir 110.000 -12.000 Sebelum Masehi akibat penurunan permukaan laut, dan kawasan luas yang kemudian disebut SundaLand itu muncul di atas permukaan. Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan, dengan laut-laut dangkal di sekitarnya bergabung membentuk daratan yang amat luas.
Dalam bidang Geologi, daratan kontinetal itu lebih dikenal sebagai Paparan Sunda (Sunda Shelf) yang meliputi area dengan luas kurang lebih mencapai 1.85 juta km2. Menurut Ilmu bumi itu, sejarah SundaLand adalah rangkaian panjang dari pergerakan tektonik yang terjadi selama berjuta-juta tahun yang lalu.
https://kelompoklimahmg09.files.wordpress.com/2010/12/sinda-shelf.jpg?w=500
Gambar 1.1 Letak Sunda Self
Siapa yang pertama kali mencetuskan istilah “SundaLand” dalam kajian ilmu bumi, untuk saat ini belum begitu jelas diketahui, tapi kemungkinan istilah tersebut telah berkembang dan cukup dikenal pada kajian-kajian ilmu alam abad ke-18 masehi.
Porf. Edi Ekadjati, menyatakan bahwa Sunda sebagai nama tempat, pertama kali digunakan oleh seorang ahli bumi Yunani bernama Ptolemaeus yang menggunakan istilah itu pada abad ke-2 Masehi untuk menyebutkan tiga pulau yang terletak di sebelah timur India. Kemudian van Bemmelen (1949) seorang geolog dari Belanda mengatakan hal hampir sama, bahwa Sunda adalah istilah yang digunakan untuk menamai daratan bagian barat laut India Timur, sedangkan bagian tenggaranya dinamai Sahul. Dataran Sunda menurutnya, dikelilingi sistem Gunung Sunda yang melingkar dengan panjangnya sekitar 7000 km.
Sunda merujuk kepada nama Gunung purba lebih lanjut diungkapkan oleh Gona (1973) yang menyebut bahwa pada mulanya kata Sunda merupakan nama sebuah gunung yang menjulang tinggi di bagian barat Pulau Jawa. Gunung itu dari jauh tampak putih karena tertutup abu asal gunung tersebut. Kemudian nama tersebut diterapkan pula pada wilayah gunung itu berikut penduduknya. Beberapa pihak ada juga menyebutkan bahwa Keberadaan Gunung Sunda Purba 100 juta tahun yang lalu. Umumnya pendapat yang menyoal keberadaan gunung Sunda ada pada periode Pleistosen (2,8 juta-12.000 tahun lalu).
Sunda menurut G.P Rouffaer (1950) Peneliti dari Belanda yang gemar meneliti sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara menyebutkan bahwa kata Sunda sebagai nama tempat merupakan pinjaman dari kebudayaan Hindu seperti juga kata Sumatra, Madura, Bali, Sumbawa dll. Mungkin kurang tepat jika disebut “pinjaman”, tapi kata itu memang ada dalam kosa-kata bahasa sanskerta yang artinya secara sederhana “putih, bersih, dana tau suci”. Kebetulan saat itu, Sanskerta berkembang sejalan dengan Hindu dan Buddha kemudian.
Jauh sebelum itu, kata “Sunda” memang sudah cukup dikenal dalam sejarah masyarakat di Indonesia, Sunda di abad ke-8 hingga abad 16 misalnya, merujuk kepada nama kerajaan yang berada di wilayah jawa bagian barat. Kekinian, di Indonesia, Sunda lebih dikenal sebagai nama suku, bahasa, “agama” dan cakupan geografis dari penutur bahasa Sunda yang umumnya mendiami wilayah Jawa Barat.
Selain SundaLand, atau paparan Sunda, kata Sunda dalam ruang lingkup geologi juga dipakai dalam istilah Kepulauan Sunda Besar (Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan) dan Kepulauan Sunda Kecil (Lombok, Nusa Tenggara, dan pulau lain di sekitarnya). Mereka yang mengenyam pendidikan sebelum akhir abad ke-20 di Indonesia, pasti cukup familiar dengan peristilahan tersebut.

1.2 Pembagian Kepulauan Sunda
 Kepulauan Sunda dibagi menjadi dua:
A. Kepulauan Sunda Besar
Kepulauan Sunda Besar adalah sekumpulan/gugusan pulau di Indonesia bagian Barat yang meliputi:
1)   Kalimantan atau Borneo
2)   Jawa
3)   Sulawesi
4)   Sumatra
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/91/Greater_sunda_islands.pngGugusan ini secara politis terbagi antara Indonesia, Brunei, dan Malaysia













Gambar 2. Kepulauan Sunda besar
1)   Pulau Sumatera (Pulau Emas)
`           Pada zaman kuno sebelum masehi pulau Sumatera dalam bahasa Sansekerta disebut dengan nama Suwarnadwipa (Pulau Emas) atau Suwarnabhumi (Tanah Emas), dimana nama-nama tersebut tercatat dalam berbagai naskah-naskah India kuno, Pulau Sumatera juga dikenal dengan Andalas pada zaman dulu kala.
Pada era Dinasti ke-18 Fir’aun di Mesir atau sekitar 1.567 SM-1.339 SM, di pesisir barat pulau Sumatera terdapat pelabuhan kuno pada zaman itu yang dikenal dengan nama Barus (Lobu Tua – daerah Tapanuli) yang telah ada sekitar 3000 tahun sebelum Masehi. Barus yang dikenal sebagai lokasi tambang kapur barus. Ternyata telah dijadikan sebagai salah satu bahan pengawetan untuk mummy Fir’aun Mesir kuno.
Description: Indonesia Negara Kepulauan Terkaya di Dunia - Pulau Sumatera - Pulau Emas
 











Gambar 3. Letak Pulau Sumatera

manuskrip purba Yahudi tercatat bahwa di Sumatera pernah terdapat sebuah kerajaan yang bernama Ophir, ophir yang berada di Sumatera Barat kini dikenal dengan nama Gunung Talamau yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera Barat. Konon Ophir dulu adalah sebuah tempat yang dijadikan perbekalan emas oleh Nabi Sulaiman pada masanya.
Kerajaan Minangkabau dianggap sebagai pusat kawasan emas terbesar di Sumatera, bahwa di kerajaan tersebut terdapat sebuah gunung yang tinggi yang mengandung emas hingga saat ini, saat ini Pulau Sumatera masih menjadi pulau dengan tambang seperti batu bara, emas, dan timah hitam sebagai hasil buminya, dan bukan tidak mungkin Pulau Sumatera masih menyimpan hasil Emas yang melimpah yang masih tersembunyi, jika hal itu telah terjadi maka Sumatera akan kembali menjadi Pulau Emas.
2)   Pulau Jawa (Pulau Padi)
Dalam bahasa Sansekerta kuno Jawa dulu dikenal dengan nama Jawa Dwipa yang berarti Pulau Padi, dalam pic Hindu Ramayana kuno disebutkan Jawa dwipa, dihiasi tujuh kerajaan, Pulau Emas dan perak, kaya dengan tambang emas”, seorang ahli Geografi Yunani kuno Ptolomeus juga menulis tentang Negeri Emas dan Negeri Perak yang memiliki pulau-pulau yang salah satu pulaunya disebutnya dengan Labadiu atau Pulau Padi.
Banyak para pakar yang menyatakan bahwa pulau tersubur di dunia adalah Pulau Jawa, hal ini dikaitkan dengan konsentrasi gunung berapi di pulau Jawa yang cukup tinggi, banyak gunung berapi aktif di pulau Jawa, karena itulah pulau ini amat subur karena mengandung banyak protein tanah yang baik untuk kesuburan tanaman.
Description: Indonesia Negara Kepulauan Terkaya di Dunia - Pulau Jawa - Pulau Padi
 











Gambar 4. Letak Pulau Jawa

Raffles yang menuliskan dalam bukunya berjudul “The History Of Java”, berkata bahwa apabila seluruh tanah di Jawa itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai ladang untuk bercocok tanam, maka dapat dipastikan bahwa tidak ada yang mampu menandingi kualitas, kuantitas, serta varian dari hasil pertanian tanah pulau Jawa.
Saat ini pulau Jawa menjadi pemasok kebutuhan bahan pangan terbesar Indonesia sebanyak 53%, dengan curah hujan serta iklim yang sangat serasi pulau Jawa mampu menghasilkan berbagai macam hasil pertanian yang sangat baik di banding negara lain.

3)   Kalimantan – Pulau Lumbung energi

Description: Indonesia Negara Kepulauan Terkaya di Dunia - Kalimantan - Pulau Lumbung EnergiPada masa kuno terdapat pulau terbesar ketiga di Dunia yaitu Warunadwipayang berarti Pulau Dewa Laut. Kalimantan dalam literatur China (T’ai p’ing huan yu chi) disebut dengan istilah Chin li p’i shih. Dalam naskah-naskah Jawa kuno Kalimantan disebut juga Nusa Kencana sedangkan orang Melayu menyebutnya dengan Pulau Hujung Tanah (P’ulo Chung). Borneo adalah nama yang digunakan untuk sebutan Kalimantan pada masa kolonial Inggris dan Belanda.










Gambar 5. Letak Pulau Kalimantan

Pada masa kuno banyak pedagang asing datang ke pulau ini untuk berburu hasil alam yang berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet denga melakukan sistem barter dengan guci keramik yang memiliki nilai tinggi pada masyarakat Dayak kuno. Tak hanya itu masyarakat India serta orang Melayu kuno dahulu juga telah memasuki wilayah pulau Kalimantan yang berada pada muara-muara dekat sungai yang djadikan sebagai lahan untuk bercocok tanam pada masa itu, dan masyarakat pada masa itu telah banyak menemukan tambang emas dan intan di pulau ini.
Saat ini Pulau Kalimantan telah menjadi salah satu pulau di Indonesia yang memiliki kekayaan alam sebagai sumber daya energi, seperti hasil batu bara, gas, minyak, dan geothermal. Sedangkan hutan di Kalimantan mengandung gambut yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk pembangkit tenaga listrik, tak hanya itu hutan Kalimantan juga disebut-sebut sebagai paru-paru Dunia. Dan yang lebih sangat luar biasanya lagi di Kalimantan saat ini telah ditemukan lokasi yang mempunyai kandungan Uranium yang cukup banyak dan dapat diolah sebagai tenaga Nuklir atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
4)   Sulawesi – Pulau besi
Description: Indonesia Negara Kepulauan Terkaya di Dunia - Sulawesi- Pulau Besi
 












Gambar 6. Letak Pulau Sulawesi

Sulawesi memiliki nama kuno ‘Sula’ yang berarti Besi, pada masa kuno pulau Sulawesi sudah dikenal sebagai pulau yang memilki kekayaan alam dengan hasil tambang besi terbaik, maka tak heran jika Ussu serta sekitar danau Matana memiliki kandungan besi juga nikel.
bangsa Arab menyebut Sulawesi dengan sebutan Sholibis. Orang Belanda memberi nama pulau Sulawesi dengan nama Celebes. Para pakar sepakat bahwa Pulau ini sendiri sudah dihuni manusia kurang lebih 35.000 tahun lalu, hal itu dibuktikan dengan ditemukannya prasasti purba di Pulau ini. Pada abad 15 hingga 19 Sulawesi telah menjadi gerbang Kepulauan Maluku sebagai surganya rempah-rempah pada saat itu, pada abad 14 masyarakat Sulawesi telah mampu membuat Perahu pinishi yang oleh masyarakat Bugis digunakan sebagai kendaraan untuk mengarungi samudera, konon pelayaran suku Bugis kala itu telah mencapai Madagaskar, yang pada masa itu dianggap kalau perahu buatan suku bugis saat itu adalah yang terbaik
Sekarang Sulawesi telah sangat kaya dengan hasil alamnya seperti besi, tembaga, nikel, titanium, perak, mangan, semen, emas, pasir besi/hitam, belerang, kaolin serta bahan galian C seperti pasir, batu, krikil dan trass. Andai saja dikelola dengan baik dan adil maka dapat dipastikan rakyat Indonesia dan Sulawesi khusunya akan sangat sejahtera.

B. Kepulauan Sunda kecil (Bali, NTB dan NTT) – Kepulauan Wisata

Description: Indonesia Negara Kepulauan Terkaya di Dunia - Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT) - Kepulauan Wisata
 







Gambar 7. Letak kepulauan Sunda kecil

Para ahli Bumi di Eropa menamakan kepulauan Indonesia dengan kepulauan Sunda Besar dan kepulauan Sunda Kecil, kepulauan Sunda Besar yang berisi Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor.
Kepulauan sunda kecil pada masa kuno telah dikenal dengan keindahan serta kecantikan panoramanya, tercatat bahwa pada abad 8 Resi Markandiya telah melakukan perjalanan wisatanya dari Jawa ke Bali, begitu juga dengan Empu Kuturan yang mengunjungi Bali pada abad 11, pada 1920 lalu kemudian banyak wisatawan Eropa yang mengunjungi Bali sebagai tempat wisata mereka, saat itulah bali disebut dengan The Island Of Gods oleh pelancong Eropa.
Masih di kep. Sunda kecil tepatnya di Nusa tenggara Barat yang terkenal dengan hasil ternak sapi, kuda, dan kerbaunya. Tak hanya itu hasil kuda Nusa Tenggara Barat juga sudah dikenal pada ratusan tahun yang lalu, di tempat ini juga para Raja-raja dari kerajaan Bali datang membangun Taman Narmada pada tahun 1727 Masehi, yang dibangun di daerah Lombok.
Di daerah sunda kecil yang tak kalah pula adalah Nusa Tenggara Timur, di tempat inilah hasil kayu cendana terbesar Indonesia, perlu anda ketahui bahwa cendana adalah tumbuhan hutan kayu asli Indonesia, dan cendana ini sendiri telah dikenal jauh pada masa kuno sebagai kayu yang sangat baik kualitasnya.
Saat ini kepulauan sunda kecil telah terkenal menjadi destinasi wisata terbaik di dunia, Bali dengan pantai serta tempat-tempatnya yang eksotis, Lombok yang dikenal sebagai wisata laut serta pantai pasir putihnya yang indah, serta di Nusa Tenggara Timur yang mempunyai Pulau Komodo yang kini dijadikan sebagai salah satu keajaiban Dunia yang tentunya itu semua merupakan anugerah kekayaan dan dimiliki Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara manapun
1.3 Lempeng Tektonik SundaLand
SundaLand tidak hanya perkara distribusi mamalia dan tanaman, Sundalan juga berbicara mengenai sejarah tektonik. Evolusi Tektonik yang terjadi bukan dalam hitungan tahun atau ratus tahun, tapi puluhan juta tahun. Sundalan dianggap sebagai bagian dari Lempeng Benua Eurasia. Paparan wilayah yang hari ini menjadi separuh dari seluruh wilayah Asia Tenggara, terbentuk akibat serangkaian aktivitas tektonik dan vulkanik beribu-ribu tahun yang lalu, beserta erosi dan konsolidasi runtuhan batu seiring naik dan turunnya permukaan laut.
Secara geologis, Paparan Sunda adalah landas kontinen perpanjangan dari lempeng Eurasia di Asia Tenggara. Kedalaman laut yang berada di Paparan Sunda jarang melebihi 50 meter, fenomena ini mengakibatkan gelombang dan erosi dasar laut yang kuat. Tebing-tebing curam di bawah laut kemudian memisahkan Paparan Sunda dengan kepulauan Filipina, Pulau Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil.
Berdasarkan data Geologi evolusi tektonik SundaLand merupakan gabungan dari sisa-sisa fragment dari benua Gondwana yang bergabung dengan bagian dari lempeng benua Eurasia. Pembentukan Sundalan melibatkan penjahitan progresif yang dimulai selama Akhir Paleozoikum. Peristiwa tektonik yang besar terjadi pada era mesozoikum, yakni pemisahan lempeng benua Afrika dan benua India pada akhir periode Kretasius (zaman kapur) yang berlanjut dengan tabrakan Lempeng India itu dengan Benua Eurasia 50 juta tahun yang lalu. Usia Kejadian tersebut menyebabkan jahitan lempengan di Asia timur dan Asia Tenggara menjadi lebih muda ke selatan dan tenggara.
Sejarah Tektonik Sundaland (Paparan Sunda) | Wacana Nusantara

Lempeng Sunda mencakup Laut Cina selatan, Laut Andaman, Bagian Selatan dari Vietnam dan wilayah Thailand bersama-sama dengan Malaysia dan Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, serta Sulawesi di Indonesia, dan juga kepulauan Filipina di bagian barat dan Palawan seta Kepulauan Sulu.
Gambar 8. Sejarah Tektonik SundaLand (Paparan Sunda).

Batas-batas di bagian timur, selatan dan juga barat SundaLand rumit secara tektonik dan aktif secara seismik. Hanya batas bagian utara yang relatif diam. Lempeng Sunda berbatasan di timur dengan Sabuk bergerak Filipina, Zona tumbukan Laut Maluku, Lempeng Laut Banda dan Lempeng Timor yang disebut juga sebagai Eastern Margins, di Selatan dan barat berbatasan dengan lempeng Australian, dan di utara dengan Lempeng Burma, Lempeng Eurasia dan Lempeng Yang-tze, disebut juga sebagai Western Margins.
1.4 Proses terjadinya Paparan Sunda
Paparan Sunda terbentuk dari hasil extension dari benua Asia Tenggara, yang mana berhubungan dengan Malay Peninsula. Paparan Sunda dibatasi oleh Laut Cina Selatan di bagian Utara, bagian Selatan oleh Pulau Jawa, Selat Makassar di bagian Timur, dan  Pulau Sumatra di bagian Barat.
Paparan Sunda terdiri dari lima zona, yaitu:
1)     Zona Natuna
2)     Zona Anambas
3)     Zona Karimata
4)     Zona Sabuk Timah (Malaysia barat, Singkep, Bangka, Belitung, sampai utar Laut Jawa)
5)     Zona Karimunjawa
Pada zaman Kuarter, paparan Sunda tenggelam oleh kenaikan muka air laut yang disebabkan meleburnya es di kutub (menurut Molengraaff dan Weber, 1919). Selat Sunda tidak ditemukan pada sejarah paparan sunda sebelum tahun 1175. Pada awal Kuarter, batas antara Sumatra dan Jawa ditutupi oleh endapan pumice vulkanik muda yang sangat tebal.Endapan ini adalah produk vulkanik gunung api yang berada di tengah Selat Sunda, dan tersebar mulai dari Lampung sampai Banten.
1.5 Pulau-Pulau di Paparan Sunda
a)    Pulau Natuna
Litologinya berupa batuan beku (gabro, diorite, diabas, norit, amphibolit, serpentin, tuff) yang berkorelasi dengan Formasi Danau di Kalimantan. Endapan sediment berupa konglomerat dengan lempung dan andesit. Lempung ungu dan lempung coklat kemerahan yang ditemukan mirip dengan lempung di kepulauan Riouw dan Kalimantan yang berumur Trias atas.
b)   Midai
Terletak 80km Barat Daya Natuna, berupa kubah basalt yang datar dengan cekungan dangkal dipuncaknya.
c)    Pulau Anambas
Litologinya berupa batuan beku (gabro, gabro-porfiri, diabas, andesit) yang berkorelasi dengan batuan Pulu Melaju di utara Kalimantan Barat dan seri vulkanik Pahang di Malay Penisula.
d)   Kepulauan Riau-Lingga
Kepulauan ini adalah hasil extension dari Malay Penisula, sehingga batuannya mirip dengan litologi di Malaya. Adapun pulau-pulau yang tedapat di kepulauan ini antara lain Sugi, Tjombol, Tjitlim, Kundur, Karimun, Batam, Bintan, Lingga.
e)    Pulau Berhala
Terletak 30km ke Timur dari pelabuhan di Medan (Belawan Deli). 36 sampel batuan telah diteliti, diantaranya mengandung pegmatite, topaz, granit, dan mika.
f)    Singkep
Merupakan penghasil timah terbanyak setelah Bangka dan Belitung. Bijih bauksit ditemukan pada batolit granit berdiameter 10-15km. Ditemukan juga dike diabas yang berumur lebih muda.
g)   Pulau Bangka
Merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Bijih ditemukan pada batolit granit berumur trias tengah. Juga ditemukan sebagai endapan alluvial dari pelapukan granit.
h)   Pulau Belitung
Merupakan penghasil timah kedua terbesar di Indonesia setelah bangka. Formasi tertua terdiri dari seri pelitik dan sediment psammitic.
i)     Pulau Karimunjawa
Litologinya merupakan kuarsit (terkadang konglomerat) dan lempung yang berumur pra tersier. Pulau ini merupakan puncak tertinggi di wilayah Paparan Sunda.
j)     Bawean
Berada di timur Laut Jawa, dan merupakan satu-satunya pulau di Paparan Sunda yang tidak memiliki batuan berumur pra tersier. Litologinya terdiri dari batuan hasil erupsi yang kaya potassium, dan beberapa batuan sediment yang berumur Neogen atau Kuarter.
k)   Kepulauan Seribu
Terletak pada cekungan jawa barat utara dan merupakan penghasil hidrokarbon yang sangat baik.
1.5 Produk Geodinamika
A.  Busur Sunda (Produk Geodinamika Regional)
Sistem penunjaman Sunda merupakan salah satu contoh yang baik untuk menunjukkan hubungan geodinamika Indonesia dengan geodinamika regional. Sistem penunjaman Sunda berawal dari sebelah barat Sumba, ke Bali, Jawa, dan Sumatera sepanjang 3.700 km, serta berlanjut ke Andaman-Nicobar dan Burma. Busur ini menunjukkan morfologi berupa palung, punggungan muka busur, cekungan muka busur, dan busur vulkanik. Arah penunjaman menunjukkan beberapa variasi, yaitu relatif menunjam tegak lurus di Sumba dan Jawa serta menunjam miring di sepanjang Sumatera, kepulauan Andaman dan Burma. Kemiringan ini terjadi karena adanya perbedaan arah gerak dengan arah tunjaman yang tidak 90˚. Sistem penunjaman Sunda ini merupakan tipe busur tepi kontinen sekaligus busur kepulauan, yang berlangsung selama Kenozoikum Tengah – Akhir (Katili, 1989; Hamilton, 1989) Menurut Hamilton (1989) Palung Sunda bukan menunjukkan batas litosfer samudera India, tetapi merupakan salah satu jejak sistem penunjaman busur Sunda. Penunjaman mempunyai kemiringan sekitar 7˚. Sedimen dalam palung terdiri dari sedimen klastik turbidit longitudinal, serta menunjukkan pembentuk lantai samudera dan asal turbidit. Sedimen klastik tersebut terutama berasal dari Sungai Gangga dan Brahmaputra di India, yang berjarak 3.000 km dari palung. Busur akresi terbentuk selebar 75 – 150 km dari palung dengan ketebalan material terakresi mencapai 15 km. Dinamika akresi dapat ditunjukkan oleh imbrikasi internal serta pertumbuhan vertikal dan horisontal material terakresi, yang merupakan hasil penggilasan simultan yang disertai pemencaran oleh gravitasi. Punggungan muka busur mengalami migrasi, relatif menuju ke arah kraton. Formasi bancuh di busur akresi dihasilkan oleh oleh penggerusan yang berhubungan dengan subduksi, bukan oleh luncuran di lereng punggungan akresi. Cekungan muka busur berada di antara punggungan muka busur dan garis pantai sistem penunjaman Sunda dengan lebar 150 – 200 km. Bagian dasar cekungan Jawa dan Sumatera mempunyai kecepatan tipikal litosfer samudera, dengan kecepatan di sektor Sumatera lebih besar dari litosfer samudera. Busur vulkanik yang sekarang aktif di atas zona Benioff berada pada kedalaman 100 – 130 km. Busur magmatik ini berubah dari kecenderungan bersifat kontinen di Sumatera, transisional di Jawa ke busur kepulauan (oceanic island arc) di Bali dan Lombok. Komposisi vulkanik muda bervariasi secara sistematis yang berkesesuaian antara karakter litosfer dengan magma yang dierupsikan.
Berdasarkan karakteristik morfologi, ketebalan endapan palung busur dan arah penunjaman, busur Sunda dibagi menjadi beberapa propinsi. Dari timur ke barat terdiri dari propinsi Jawa, Sumatera Selatan dan Tengah, Sumatera Utara – Nicobar, Andaman dan Burma. Diantara Propinsi Jawa dan Sumatera Tengah – Selatan terdapat Selat Sunda yang merupakan batas tenggara lempeng Burma. Provinsi Jawa bermula dari Sumba sampai Selat Sunda. Di propinsi ini palung Sunda mempunyai kedalaman lebih dari 6.000 m. Saat ini konvergensi sepanjang propinsi Jawa mencapai 7,5 cm/tahun dengan sudut penunjaman antara 5˚ – 8˚. Sedimen memiliki ketebalan antara 200 – 900 m. Imbrikasi di bawah punggungan muka busur mempunyai ketebalan lebih dari 10 km. Palung hanya berisi sedimen tipis dengan sedikit sedimen pelagis.
Kerangka tektonik utama antara Jawa dan Sumatera secara umum dipotong oleh selat Sunda yang dianggap sebagai zona diskontinyuitas. Selat Sunda adalah unsur utama pemisah propinsi Jawa dan Sumatera busur Sunda. Selat ini diasumsikan batas sebagai batas tenggara lempeng Burma. Namun apabila dicermati dari data geofisika tang ada, batas Jawa dan Sumatera terletak di sekitar Banten dan Jawa Barat. Provinsi Sumatera Selatan dan Tengah mempunyai kedalaman palung yang berangsur menurun dari 6.000 – 5.000 m. Sedimen dasar palung mempunyai ketebalan sekitar 2 km di utara dan 1 km di selatan. Penunjaman miring dengan komponen penunjaman menurun ke utara antara 7,0 – 5,7 cm/tahun. Komponen pergeseran lateral yang bekerja di lempeng ini diasumsikan sangat berperan dalam membentuk sistem strike slip fault di Sumatera.
Pada Propinsi Sumatera Utara – Nikobar, di sebelah barat Pulau Simalur sumbu palung menajam ke barat, dan di barat-laut Pulau Simalur cenderung ke utara – barat-laut. Palung mempunyai kedalaman berkisar antara 3.500 – 5.000 m. Pertemuan di sepanjang propinsi ini sangat miring dan kecepatan penunjaman ke arah utara mengalami penurunan 5,6 – 4,1 cm/tahun.
 Di Pulau Andaman palung cenderung berarah utara – selatan dengan kedalaman sekitar 3.000 m. Di propinsi ini pertemuan lempeng sangat miring, dengan kisaran kecepatan penunjaman berkisar antara 0,7 – 0,2 cm/tahun. Komponen lateral ini dipengaruhi oleh pemekaran di laut Andaman, dengan lempeng Burma memisah ke arah barat daya dari lempeng Eurasia. Palung Burma mempunyai kedalaman kurang dari 3.000 m. Di sini punggungan muka busur menjadi punggungan Indoburman dan cekungan muka busur menjadi palung sebelah barat dari Lembah Burma. Sudut penunjaman yang sangat miring. Ketebalan endapan di propinsi ini sekitar 8.000 – 10.000 m. Komponen gerak lateral ini mempengaruhi terbentuknya sesar Sagaing di Burma.
B.  Sesar Sumatra (Produk Geodinamika Busur Sunda)
Sesar besar Sumatra dan Pulau Sumatra merupakan contoh rinci yang menarik untuk menunjukkan akibat tektonik regional pada pola tektonik lokal. Pulau Sumatera tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan lempeng samudera sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer (Hamilton, 1979).
Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India-Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter / tahun menurun secara drastis menjadi 40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. Penurunan kecepatan terus terjadi sehingga tinggal 30 milimeter/tahun pada awal proses konfigurasi tektonik yang baru (Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan yang mencolok sampai sekitar 76 milimeter/tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini, menurut teori “indentasi” pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur India, untuk mengakomodasikan perpindahan massa secara tektonik (Tapponier dkk, 1982).
Keadaan Pulau Sumatera menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum tektonik Sumatera menjadikan tatanan tektonik Sumatera menunjukkan adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatera, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk, geometri dan struktur sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.
Bagian selatan Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik: (1) Sesar Sumatera menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100 ~ 135 kilometer di atas penunjaman, (2) lokasi gunungapi umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar, (3) cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan kedalaman 1 ~ 2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar utama, (4) punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana, (5) sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur muka relatif utuh, dan (6) sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.
Bagian utara Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik: (1) sesar Sumatera berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125 ~ 140 kilometer dari garis penunjaman, (2) busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatera, (3) kedalaman cekungan busur muka 1 ~ 2 kilometer, (4) punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat beragam, (5) homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya, dan (6) sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.
Bagian tengah Pulau Sumatera memberikan kenampakan tektonik: (1) sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar Sumatera menunjukkan posisi memotong arah penunjaman, (2) busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatera, (3) topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar 0.2 ~ 0.6 kilometer, dan terbagi-bagi menjadi berapa blok oleh sesar turun miring , (4) busur luar terpecah-pecah, (5) homoklin yang terletak antara punggungan busur muka dan cekungan busur muka tercabik-cabik, dan (6) sudut kemiringan penunjaman beragam. Proses penunjaman miring di sekitar Pulau Sumatera ini mengakibatkan adanya pembagian / penyebaran vektor tegasan tektonik, yaitu slip-vector yang hampir tegak lurus dengan arah zona penunjaman yang diakomodasi oleh mekanisme sistem sesar anjak. Hal ini terutama berada di prisma akresi dan slip-vector yang searah dengan zona penunjaman yang diakomodasi oleh mekanisme sistem sesar besar Sumatera. Slip-vector sejajar palung ini tidak cukup diakomodasi oleh sesar Sumatera tetapi juga oleh sistem sesar geser lainnya di sepanjang Kepulauan Mentawai, sehingga disebut zona sesar Mentawai (Diament, 1992).
Selanjutnya sebagai respon tektonik akibat dari bentuk melengkung ke dalam dari tepi lempeng Asia Tenggara terhadap Lempeng Indo-Australia, besarnya slip-vector ini secara geometri akan mengalami kenaikan ke arah barat-laut sejalan dengan semakin kecilnya sudut konvergensi antara dua lempeng tersebut. Pertambahan slip-vector ini mengakibatkan terjadinya proses peregangan di antara sesar Sumatera dan zona penunjaman yang disebut sebagai lempeng mikro Sumatera (Suparka dkk, 1991). Oleh karena itu slip-vector komponen sejajar palung harus semakin besar ke arah barat-laut.
Sebagai konsekuensi dari kenaikan slip-vector pada daerah busur-muka ini, maka secara teoritis akan menaikkan slip-rate di sepanjang sesar Sumatera ke arah barat-laut. Pengukuran offset sesar dan penentuan radiometrik dari unsur yang terofsetkan di sepanjang sesar Sumatera membuktikan bahwa kenaikan slip-rate memang benar-benar terjadi (Natawidjaja, Sieh, 1994). Pengukuran slip-rate di daerah Danau Toba menunjukkan kecepatan gerak sebesar 27 milimeter / tahun, di Bukit Tinggi sebesar 12 milimeter / tahun, di Kepahiang sebesar 11 milimeter / tahun (Natawidjaja, 1994) demikian pula di selat Sunda sebesar 11 milimeter / tahun (Zen dkk, 1991) Sesar Sumatera sangat tersegmentasi. Segmen-segmen sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut merupakan upaya mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan India–Australia dengan arah tumbukan 10°N ~ 7°S. Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang masing-masing segmen 60 ~ 200 kilometer, yaitu segmen Sunda (6.75°S ~ 5.9°S), segmen Semangko (5.9°S ~ 5.25°S), segmen Kumering (5.3°S ~ 4.35°S), segmen Manna (4.35°S ~ 3.8°S), segmen Musi (3.65°S ~ 3.25°S), segmen Ketaun (3.35°S ~ 2.75°S), segmen Dikit (2.75°S ~ 2.3°S), segmen Siulak (2.25°S ~ 1.7°S), segmen Sulii (1.75°S ~ 1.0°S), segmen Sumani (1.0°S ~ 0.5°S), segmen Sianok (0.7°S ~ 0.1°N), segmen Barumun (0.3°N ~ 1.2°N), segmen Angkola (0.3°N ~ 1.8°N), segmen Toru (1.2°N ~ 2.0°N), segmen Renun (2.0°N ~ 3.55°N), segmen Tripa (3.2°N ~ 4.4°N), segmen Aceh (4.4°N ~ 5.4°N), segmen Seulimeum (5.0°N ~ 5.9°N) Tatanan tektonik regional sangat mempengaruhi perkembangan busur Sunda. Di bagian barat, pertemuan subduksi antara lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Australia mengkontruksikan busur Sunda sebagai sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang relatif stabil; sementara di sebelah timur pertemuan subduksi antara lempeng samudra Australia dan lempeng-lempeng mikro Tersier mengkontruksikan sistem busur Sunda sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan yang lebih labil.
Perbedaan sudut penunjaman antara propinsi Jawa dan propinsi Sumatera Selatan busur Sunda mendorong pada kesimpulan bahwa batas busur Sunda yang mewakili sistem busur kepulauan dan busur tepi kontinen terletak di selat Sunda. Penyimpulan tersebut akan menyisakan pertanyaan, karena pola kenampakan anomali gaya berat menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang cenderung lebih sesuai dengan pola Sumatera dibanding dengan pola struktur Jawa bagian Timur. Secara vertikal perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan namun jika dilakukan pembangingan dengan struktur cekungan Sumatra Selatan, struktur-struktur di Pulau Sumatra secara vertikal berkembang sebagai struktur bunga.
1.6 Tektonik Lempeng Paparan Sunda
Berdasarkan konsep tektonik lempeng, sistem busur kepulauan (Gambar 1.3 dan 1.4) merupakan sistem palung busur (arc-trench system) yang terdiri atas palung laut dalam (oceanic trench), rumpang palung busur (arc-trench gap) atau cekungan muka busur (fore arc basin), busur vulkanik (volcanic arc) dan cekungan belakang busur (back arc basin atau foreland basin).
Palung laut dalam terbentuk prisma akresi disertai gerak-gerak pensesaran dan pelenturan yang terpusat pada bagian bawah palung laut sehingga menghasilkan mélange yang terdiri dari endapan turbidit, ofiolit, olistostrom dan batuan malihan fasies sekis hijau dan sekis biru.Kelompok batuan penyusun palung terdiri dari lava bersifat basalt dan lava bantal dasar samudera disertai oleh rijang dan sedimen argilit; sedimen turbidit dan klastik; dan kumpulan batuan basa dan ultrabasa (ofiolit).
Cekungan muka busur (fore arc basin) terletak diantara palung laut dan busur vulkanik, merupakan suatu cekungan tempat terjadinya pengendapan sedimen.Dalam beberapa cekungan ini terdapat suatu peninggian setempat disebut outer arc ridges (Karig, 1970) yang bentuknya memanjang dan muncul berupa deretan pulau-pulau.Sedimentasi pada cekungan ini meliputi endapan fasies dangkal dan turbidit yang diendapkan pada lereng dan dalam cekungan.
Busur vulkanik (volcanic arc) dicirikan oleh terdapatnya batuan vulkanik seri kalk-alkali yang umumnya berwujud piroklastika, batuan sedimen vulkanik klastik dan granit. Cekungan belakang busur (back arc basin) terletak di belakang busur vulkanik, merupakan tempat diendapkannya sedimen, terutama yang berasal dari busur vulkanik dan benua.
wilayah Asia Tenggara dan khususnya untuk Indonesia, pada akhir Kenozoikum, strukture style dipengaruhi oleh interaksi tiga buah lempeng kerak bumi masing-masing adalah Lempeng Eurasia di bagian utara, Lempeng Samudera Pasifik di bagian timur dan Lempeng Samudera India-Australia di bagian selatan (Katili, 1973 dan Hamilton, 1979). Dengan asumsi Lempeng Eurasia relatif diam dan Lempeng Pasifik bergerak ke arah barat sedangkan Lempeng Hindia-Australia bergerak ke arah utara maka ketiga lempeng tersebut saling bertumbukan membentuk busur kepulauan yang aktif secara tektonik hingga sekarang. Bukti yang menunjukan bahwa tektonik di Indonesia ini aktif antara lain dijumpai banyaknya gunungapi aktif (sekitar 129 buah) serta seringnya terjadi peristiwa gempa bumi pada batas-batas interaksi lempeng (Katili dan Siswowidjojo,1994).
 












Gambar 9. Triple junction antara plate Eurasia, Pasifik dan Hindia.

Secara umum diketahui bahwa kerangka fisiografi kepulauan Indonesia dipengaruhi oleh adanya dua daerah paparan (tanah/daratan) dengan inti kerak yang stabil. Kedua paparan tersebut adalah paparan Sunda yang menempati bagian barat kawasan Indonesia dan yang lainnya adalah paparan Sahul-Arafura yang menempati bagian timur Indonesia (Katili, 1973).Daerah yang terapit kedua paparan itu berupa busur kepulauan (gugusan kepulauan) yang rumit geologinya serta cekungan laut dalam yang membentang diantara kedua daerah paparan tersebut (Van Bemmelen, 1949).
Paparan Sunda adalah bagian dari Lempeng Eurasia (yang untuk sebagian besar terbenam di bawah lautan) yang meliputi Semenanjung Malaya, bagian terbesar Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan sebagian besar Laut Jawa serta bagian selatan Laut Cina Selatan. Paparan ini terdiri atas batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf berumur pratersier yang telah terdeformasi kuat dibawah pengaruh gerakan tektonik dan penujaman selama Zaman Tersier. Batas antara lempeng Hindia-Australia dan lempeng Eurasia di barat Sumatera dan di selatan Jawa serta Nusa Tenggara, dicirikan oleh sistem palung-busur (arc trench system) yang dinamakan sebagai Palung Sunda (Sunda trench) yang membentang sepanjang kurang lebih 5000 km (Hamilton, 1979).
 











Gambar 10. Kerangka Tektonik Indonesia Bagian Barat (Katili dalam Schlumberger, 1986)

1.7 Evolusi paparan sunda
Pembentukan tektonik dari Sundaland tidak terlepas dari sejarah tektonik yang terjadi. Menurut Hutchison (1973) Evolusi Tektonik yang terjadi dapat dibagi beberapa bagian
a.    Pada Zaman Karbon – Perm
Subduksi terjadi di sebelah barat Sumatera yang menghasilkan batuan vulkanik dan piroklastik dengan komposisi berkisar antara dasit sampai andesit di daerah yang membentang di Dataran Tinggi Padang, Batang Sangir dan Jambi (Klompe et all., 1961; dalam Hutchison, 1973). Batuan intrusif yang bersifat granitik terbentuk di Semenanjung Malaysia, melewati Pulau Penang, dan diperkirakan menerus ke Kepulauan Riau ( Gambar 11).
b.    Pada Zaman Perm – Trias Awal
Pada Zaman Perm, tidak ada perubahan penyebaran keterdapatan batuan plutonik dan volkanik dari Karbon Akhir. Sistem busur-palung yang bekerja di Sumatra masih tidak mengalami perubahan. Batuan volkanik dan piroklasik berkomposisi andesitik sampai riolitik menyebar di bagian barat dari Sumatera Tengah.
 











Gambar 11. Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Zaman Karbon Akhir sampai Perm Awal (Hutchison, 1973)
 












Gambar 12. Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Zaman Perm sampai Trias Awal (Hutchison, 1973)

c.    Pada Zaman Trias Akhir Jura Awal
Dari Trias Akhir sampai Jura Awal, subduksi di Sumatra terus berlangsung dan menghasilkan kompleks ofiolit Aceh di bagian utara dan kompleks ofiolit  Gumai-Garba di selatan. Kedua ofiolit tersebut menurut Bemmelen (1949; dalam Hutchison, 1973) berumur Trias. 
      Pada Jura Tengah sampai Kapur Tengah, terjadi pengangkatan di wilayah Semenanjung Malaysia, menyebabkan perubahan lingkungan sedimentasi pada daerah tersebut dari lingkungan laut menjadi lingkungan darat, ditandai dengan endapan tipe molasse dan sedimentasi fluviatil. Volkanisme di kawasan Sumatra dan sekitarnya kurang aktif pada selang waktu ini. Selama Jura dan Kapur, kawasan Sumatra dan sekitarnya terkratonisasi, dan sistem pensesaran strike slip  terbentuk (Tjia et. All, 1973; dalam Hutchison, 1973). Pensesaran strike slip ini akibat dari tumbukan lempeng Indian dengan Eurasia.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIZlRBzu2mzsYgppqR9uelRIHE0zHDShITxY5q7SfgO_-zZh7dXSV2JLuBShncX-tbS87OQu1V4Tk2nqGwCiyVYfjUgReM-EhXNkzlgKMEjlIAhebkcmRFJ68N0yVic6tUhzT0EBFmzzM6/s400/g.jpg
 

















Gambar  13. Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Zaman Trias Akhir sampai Jura Awal.

d.    Pada Zaman Kapur Akhir – Tersier Awal
Pada Kapur Akhir, zona subduksi bergerak ke arah barat Sumatra, sepanjang pulau-pulau yang saat ini berada di barat Sumatra seperti Siberut. Ofiolit dari subduksi ini sendiri oleh Bemmelen (1949; dalam Hutchison, 1973) diperkirakan berumur Kapur Akhir sampai Tersier Awal, di bagian utara Sumatra terdapat Intrusi Granitik Tersier sedangkan di selatan terdapat Adesit Tua dan Intrusi Granit Miosen Awal.Pola dari sistem palung busur di Sumatra pada saat itu digambarkan pertama kali oleh Katilli (1971; dalam Hutchison, 1973) seperti pada gambar 5.Subduksi yang berada di barat Sumatra menerus ke selatan Jawa Barat, lalu berbelok ke timur laut menuju arah Pegunungan Meratus di Kalimantan Timur.
 














Gambar 14. Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada saat ini.

Sedangkan berdasarkan rekronstruksi Hall dkk. (2009) evolusi Sundaland dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:
i.          Pada Jurasic Akhir (150 MA)
Diperkirakan Blok Banda yang sebelumnya bergabung dengan Gondwana  terpisah dan menjauhi Sula Spur. Blok Argo lalu terpisah kemudian melalui proses pemekaran (spreading).Pemekaran berkembang ke barat menerus sampai pada margin dari Greater India 2. Busur kepulauan dan fragmen-fragmen benua bergerak menjauh dari Gondawa sebagai hasil darirollback dari subduksi ( Gambar 15).
ii.          Pada Kapur Awal (135 MA)
Kemudian pada 135 juta tahun yang lalu (Kapur Awal), India mulai terpisah dari Australia dan Papua yang masih bergabung dengan Antartika. Pemekaran di Ceno Tethys memiliki orientasi rata-rata NW-SE. Blok Argo dan Busur Woyla bergerak ke Asia Tenggara.
iii.          Pada Kapur Awal (110 MA)
Sekitar 25 juta tahun kemudian (Kapur Awal) India terpisah dari Australia.Blok Argo mendekati Sundaland dan pemekaran pada Ceno-Tethys yang berarah NW-SE berhenti.Pusat pemekaran antara India-Australia berkembang ke arah utara.Terjadi subduksi di bagian selatan Sumatra dan tenggara Kalimantan.
 













Gambar 15. Sketsa Tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Jura Akhir (150 MA) (Hall dkk. 2009)












Gambar 16. Sketsa Tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Kapur Awal  (135 MA) (Hall dkk. 2009)

iv.          Pada Kapur Tengah (90 MA )
Pada 90 juta tahun yang lalu (Kapur Tengah), Blok Argo mendekati Kalimantan sebelah barat laut Kalimantan dan Busur Woyla mendekati tepian Sumatra.Koalisi-koalisi tersebut menyebabkan subduksi yang berlangsung sebelumnya berhenti.India terus bergerak ke utara melalui subduksi pada Busur Incertus.Australia dan Papua mulai bergerak perlahan menjauhi Antartika.
 












Gambar 17. Sketsa Tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Kapur Awal  (110 MA) (Hall dkk. 2009)











Gambar 18. Sketsa Tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Kapur Tengah  (90 MA) (Hall dkk. 2009)

v.          Pada Kapur Akhir ( 70 MA)
Pada Kapur Akhir, India bergerak cepat ke utara dikarenakan pemekaran yang cepat di bagian selatan dan terbentuk sesar-sesar tranform. Tidak ada pergerakan yang signifikan antara Australia dengan Sundaland serta tidak terjadi subduksi di bawah pulau Sumatra dan Jawa (Gambar 19).

 












Gambar 19. Sketsa Tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Kapur Akhir  (70 MA) (Hall dkk. 2009)

vi.          Pada Eosen Awal  ( 55 MA)
       Sekitar 55 juta tahun yang lalu (Eosen Awal), pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya subduksi sepanjang barat tepi Sundaland, di bawah Pulau Sumba dan Sulawesi Barat, dan mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-Sundaland pada bagian selatan Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan pada selatan Sumatra berupa zona strike-slip tangensional.Busur Incertus dan batas utara dari Greater India bergabung dan terus bergerak ke utara.
vii.          Pada Miosen Tengah ( 45 MA)
Pada 45 juta tahun yang lalu (Miosen Tengah), Australia dan Papua mulai bergerak dengan cepat menjauhi Antartika.Terbentuk cekungan di sekitar daerah Celebes dan Filipina serta jalur subduksi yang mengarah ke selatan pada proto area Laut Cina Selatan. Pada 35 juta tahun yang lalu , daerah Sundaland mulai berotasi berlawanan dengan arah jarum jam, bagian timur Kalimantan dan Jawa secara relatif bergerak ke utara. Rotasi tersebut berlangsung disebabkan karena adanya interaksi lempeng India ke Asia.
viii.          Pada 15 juta tahun yang lalu Miosen Tengah
bagian kerak samudra pada Blok Banda yang berumur lebih tua dari 120 juta tahun yang lalu mencapai jalur subduksi pada selatan Jawa. Palung berkembang ke arah timur sepanjang batas lempeng sampai bagian selatan dari Sula Spur.Australia dan Papua mendekat ke posisi sekarang ini dan lengan-lengan dari Sulawesi mulai bergabung.
 












Gambar 20. Sketsa Tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Eosen Awal  (55 MA) (Hall dkk. 2009).











Gambar 21. Sketsa Tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Eosen Tengah  (45 MA) (Hall dkk. 2009).






 













Gambar 22. Sketsa Tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Miosen Tengah  (15 MA) (Hall dkk. 2009).

1.8 Daftar Pustaka
http://www.wacananusantara.org/sundaland/ [ Di Akses 20 September 2015]

Hall, R., Clements, B., Smyth, H. R. Sundaland: Basement Character, Structure and Plate    Tectonic Development. Proceedings, Indonesian Petroleum Association, Thirty-Third Annual Convention & Exhibition, May 2009.

Hutchison, C. S. 1973. Tectonic Evolution of Sundaland: A Phanerozoic Synthesis.     Proceedings Regional Conference on the Geology of South East Asia, Geological Society of Malaysia.Vol. 6.Hal.61-86.

Sudarmono , Suherman T, dan Benny Eza. 1997. Paleogene Basin Development in Sundaland   and its’s Role to the Petroleum Systems in Western Indonesia. Proceedings of an International Conference on Petroleum Systems of SE Asia and Australasia.


2 komentar:


  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus
  2. Play Baccarat (No Limit Casino) - FBCAsino
    The Baccarat strategy allows 1xbet you to increase your chances of febcasino winning when playing against 제왕 카지노 real people. You know the game. You have more

    BalasHapus